Manasik Umrah Robbani: Di Antara Rindu dan Ruang Pulang

Tak ada yang benar-benar sunyi di pagi itu, 12 Juli 2025, di Batujajar. Di Ponpes Albidayah, tiga puluh nama—tiga puluh harap—berkumpul, duduk rapat di bawah langit yang masih menggigil.

Mereka bukan sekadar peserta manasik; mereka adalah wajah-wajah yang menabung rindu, mengumpulkan doa-doa yang selama ini hanya tersimpan diam-diam di sudut sajadah rumah.





Robbani Travel menata pagi itu tanpa gegap gempita. Tidak ada baliho besar, tak perlu seremonial mewah—cukup satu ruang yang menampung cemas dan tanya-tanya kecil yang biasanya sulit diucapkan:

Apakah aku benar-benar siap? Bagaimana kalau salah niat? Robbani hadir, bukan hanya sebagai pengurus perjalanan, tapi sebagai teman yang paham bahwa kadang, yang paling berat adalah mengatur hati, bukan sekadar mengurus paspor.

Manasik kali ini menghadirkan KH. DR. Ma’mur Saadie, tokoh yang sudah lebih dulu kenyang berjalan jauh dalam doa. Tapi yang tak kalah penting, di tengah barisan itu, Gita Yuningsih—COO Robbani—berdiri, membagi pandangannya, menegaskan bahwa Robbani tak sekadar mengantar jemaah ke bandara dan menjemput pulang. Lebih dari itu, Robbani ingin menjadi rumah singgah bagi setiap keresahan: Menjawab tanya-tanya teknis, tapi juga menemani ruang gelisah yang tak terlihat.

Gita berkata,

Bagi kami di Robbani, perjalanan umrah bukan cuma soal tiba dan kembali, tapi tentang memastikan setiap langkah, setiap gelisah, sampai di tempat yang seharusnya—tempat pulang yang kadang selama ini cuma bisa kita impikan.

Di hari itu, suasana manasik lebih terasa seperti temu keluarga;
ada yang bertanya dengan suara gemetar, ada yang diam-diam menyeka air mata,
dan Robbani selalu ada di antara mereka—menjadi bahu, menjadi telinga, menjadi penjelasan saat peta hidup terasa rumit.




Empat Agustus, tiga puluh nama ini akan mulai perjalanan panjang. Tapi Robbani memastikan, sejak manasik, semua sudah berangkat secara batin:

Belajar menata niat, melepas beban, saling menguatkan. Bukan sekadar berlatih thawaf atau mengenal istilah ihram, tapi belajar pulang sebelum benar-benar kembali ke rumah.



Di akhir sesi, ada doa yang pelan-pelan naik ke langit Batujajar—
doa yang tak hanya meminta kemudahan, tapi juga memohon supaya Robbani selalu jadi rumah bagi siapa saja yang mencari makna perjalanan. Sebab, dalam umrah bersama Robbani, yang paling penting bukan hanya sampai di Mekah, tapi juga sampai ke ruang pulang yang selama ini diam-diam kita cari.

0 Komentar

KONSULTASI